Kerajaan Mare-Mare (Kadieng)

    Kerajaan Mare-Mare atau Kadieng ini, hanya sedikit yang bisa diperoleh mengenai info kerajaan ini yang berdiri di daratan utama pulau Selayar dan bersanding dengan kerajaan-kerajaan lainnya di pulau Selayar seperti kerajaan Bontobangung, kerajaan Tanete (yang terkenal dengan hikayat Bulaenna Parangiya), dan kerajaan Gantarang Lalang Bata (yang terkenal karena pertama kali memeluk Islam di pulau Selayar).

    Kerajaan Kadieng (nama awal kerajaan Mare-Mare) ini, pada saat itu diperintah oleh Karaeng Kadieng daeng Mammulla. Sejarah Selayar era kerajaan muncul pada literatur abad ke-10. Kerajaan Kadieng adalah cikal bakal dari kerajaan Mare-Mare yang beribukotakan di Lembang Mate'ne. Mare-Mare dengan Gantarang Lalang Bata akhirnya digabungkan dalam kerajaan Bonea pada tahun 1880, yang beribukota di Barugaiyya, yang pada saat itu diperintah oleh Cakalele daeng Manguntungi.

    Sebelumnya Kadieng sudah ada pada tahun 1668 bersama dengan kekuasaan Gowa di Gantarang, Laiyolo, Putabangung, Barang-Barang; dan kekuasaan Bone ada di Buki', Onto, Bontobangung dan Ballabulo.

    Abad ke-18, di Selayar terdapat banyak kerajaan. Di daratan utama 17 dan di pulau-pulau ada 3 kerajaan. Di daratan utama tercatat : Tanete, Batangmata, Buki', Onto, Bonea, Mare-Mare, Gantarang, Putabangung, Bontobangung, Laiyolo, Ballabulo, Bontoborusu', Barang-Barang, Bahuluang, Bonelohe, Bansiang (Baho' Lanta') dan Pariangan. Di pulau-pulau yang diketahui ialah : Kalaotoa, Jampea dan Bonerate.

    Sedang Gantarang abad ke-18, sudah memeluk Islam di bawah perintah Sultan Pangali Patta Raja yang berpusat di Lalang Bata.

     Dalam buku Nusa Selayar halaman 133, dituliskan beberapa raja atau Opu yang pernah memerintah, antara lain :

  • Daeng Masalle (1819)
  • Daeng Rimonsong (1826-1834)
  • Jumara daeng Rimakka (1834-1852)
  • Lolo Buki' daeng Mangalla (1852-1862
  • Moha daeng Mabakassa (1862-1879)

    Dari nama-nama tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kerajaan-kerajaan Mare-Mare ini mendapatkan pengaruh dari kerajaan Gowa. Kita bisa melihatnya dengan gelar daeng yang melekat di belakang nama raja-raja tersebut termasuk pada raja Kadieng daeng Mammulla.

    Konon, asal mula nama Mare-Mare ini berdasarkan cerita nenek saya dari Bontodatara, desa Buki', kec. Buki', dikatakan bahwa dulunya tempat yang sekarang menjadi desa Mare-Mare tersebut adalah tempat peristirahatan melepas penat usai bepergian jauh. Entah itu benar atau tidak, penulis sendiri tidak bisa memastikannya walau selama ini Pulau Selayar sendiri telah dihuni oleh berbagai macam etnis dari bangsawan-bangsawan yang melarikan diri ataupun terdampar di pulau Selayar tersebut.

 

Makam Tua Bonto Kadieng di desa Mare-Mare, salah satu peninggalan bersejarah peninggalan kerajaan Mare-Mare

Sumber buku :

Ahmadin. 2016.   "Nusa Selayar" Makassar, Rayhan Intermedia.


Sumber foto :

https://docplayer.info/docs-images/95/122670705/images/53-0.jpg

Komentar

Postingan Populer