Tugas Kajian Sastra, Tradisi dan Folklore Lisan

Nama : Fikram Nurzaman Kahar
NIM : 1868041101
Mata Kuliah : Kajian Sastra, Tradisi, dan Folklore Lisan
Prodi : Pendidikan Antropologi


     Gadis Pesisir ditulis oleh Nunuk Y. Kusmiana, di mana penulis itu sendiri adalah seorang yang aktif menulis di Koran Ekonomi Bisnis Indonesia, juga di Kelompok Gramedia Majalah. Beberapa kejuaraan yang pernah diraihnya: Juara Harapan Lomba Menulis Cerber Femina (2007) dan Juara I untuk lomba yang sama dua tahun berturut-turut di tahun berikutnya. Tahun 2011, ia merupakan Juara II Lomba Menulis Skenario Film yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Karya-karyanya yang lain: Lengking Burung Kasuari yang merupakan Juara Unggulan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016 dan merupakan pemenang kategori Karya Perdana atau Kedua Kusala Sastra Khatulistiwa (2016-2017).
     Selain ditulis oleh penulis bernama Nunuk Y. Kusmiana ini, buku Gadis Pesisir ini juga diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2019, di mana penerbit Gramedia ini sudah begitu terkenal pamornya ke seluruh nusantara sebagai penerbit yang menghasilkan buku-buku umum fiksi dan non-fiksi yang berkelas atau karya-karya yang bisa dibilang best-seller.
     Mengenai kelebihan dari buku tersebut, yaitu bahasanya yang sederhana dan tidak terlalu bertele-tele serta mudah dipahami. Membaca buku ini serasa kita juga hadir di dalam buku, merasakan betapa pedihnya kehidupan para nelayan yang datang jauh dari berbagai daerah di nusantara dan menetap di kota Jayapura, ibukota provinsi yang pada awal 1970-an saat itu, Provinsi Irian Jaya atau Papua masih merupakan provinsi baru. Yang membuat saya tertarik karena dengan membaca novel ini kita bisa mengetahui bagaimana kehidupan para pendatang (bukan pribumi atau penduduk asli) pada saat itu, pada tahun-tahun itu di Jayapura di mana penulis blog sendiri lahir dan besar selama 5 tahun lalu pindah ke Makassar. Novel dengan 330 halaman tersebut juga memuat bagaimana pemikiran/pandangan umum dan sederhana  akan penduduk nelayan miskin mengenai profesi polisi.
     Kembali pada novel tersebut, novel tersebut menceritakan tentang kehidupan awal masa Trans-migrasi di kota Jayapura dan menampilkan keberagaman suku dan budaya masyarakat Indonesia pada awal 1970-an. Cerita ini dilatari dengan perkampungan nelayan atau masyarakat pesisir di Tanjung Ria dan Teluk Humboldt sebagai usaha kritik si penulis atas perekonomian, pendidikan, dan kehidupan sosial masyarakat di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Halijah adalah gadis cilik berdarah Bugis dan Buton yang merupakan tokoh sentral cerita, menjadi representasi kehidupan anak para nelayan miskin yang tergaris nasibnya dan terbatas pilihannya. Halijah bahkan harus berhadapan dengan Supri, si polisi dewasa yang menyukainya saat pandangan pertama sewaktu kebakaran melanda di kampung nelayan. Demi menyejahterakan keluarganya yang miskin, Halijah terpaksa menjadi calon  dari polisi dewasa tersebut, yang diincar oleh gadis-gadis di kampung nelayan sebagai calon suami. Namun, akan kah Halijah menjadi calon dari Polisi dewasa tersebut? Apa kah sungguh ada benih-benih cinta di antara mereka? Penasaran? Yuk, baca bukunya dan cari tahu kisahnya di novel Gadis Pesisir.

"Kalau aku bisa membuat kita tidak lapar dengan menikahi laki-laki itu, tidak ada yang jelek dengan itu. Sama sekali tidak ada yang jelek,"


Komentar

Postingan Populer